Daftar Isi
- Memahami Keterampilan Sosial-Emosional
- Kesadaran Diri:
- Manajemen Diri:
- Kesadaran Sosial:
- Keterampilan Hubungan:
- Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab:
- Pentingnya Pembelajaran Sosial-Emosional dalam Lingkungan Pendidikan
- Mengintegrasikan Pembelajaran Sosial-Emosional (SEL) ke dalam Pendidikan
- Studi Kasus dan Kisah Sukses
- Kesimpulan
Pada masa sekolah, Anda pasti pernah berpikir “Apa gunanya konsep ini?” dengan rasa frustrasi. Anda mungkin pernah merasa kewalahan saat guru membahas konsep yang rumit di dalam kelas. Anda mungkin merasa cemas ketika guru memulai diskusi kritis selama pelajaran. Menghadapi emosi-emosi ini dengan cerdas adalah akar dari pembelajaran sosial-emosional. Kelompok kerja AEI/Brookings telah melaporkan bahwa reformasi pendidikan dan sosial yang besar dari Pra-K hingga 12 tidak memberikan perhatian yang cukup pada pembelajaran sosial-emosional meskipun hal ini sangat penting dalam pendidikan.
Pertanyaannya, apa pentingnya pembelajaran sosial-emosional dan bagaimana menerapkannya di dalam kelas? Kami akan membahasnya dalam blog ini.
Memahami Keterampilan Sosial-Emosional
Sebuah artikel di situs web Committee for Children menyatakan bahwa pembelajaran sosial-emosional adalah metode untuk mengembangkan pengendalian diri, kesadaran diri dan keterampilan interpersonal yang sangat penting untuk kesuksesan di sekolah, pekerjaan dan kehidupan. Dr Christina Cipriano lebih lanjut menjelaskan pentingnya pembelajaran sosial-emosional dengan menyatakan, “Ketika siswa mengalami kesulitan, dan prestasi sekolahnya buruk, mereka cenderung menganggap sekolah dan pembelajaran sebagai sumber kecemasan, yang bermanifestasi pada berkurangnya efikasi diri, motivasi, keterlibatan, dan keterhubungan dengan sekolah.”
Jadi, pembelajaran sosial-emosional melibatkan penyediaan berbagai alat, sumber daya, dan pengetahuan kepada siswa yang diperlukan untuk membangun hubungan yang positif, keterampilan pemecahan masalah, dan kemampuan kesadaran diri sehingga siswa dapat mengambil keputusan yang cerdas. The Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning (CASEL) telah membagi pembelajaran sosial-emosional ke dalam lima area inti untuk pemahaman yang lebih baik. Kelima bidang tersebut adalah:
Kesadaran Diri:
CASEL mendefinisikannya sebagai kemampuan untuk memahami emosi, nilai, dan pikiran seseorang. Sebuah artikel Landmark Outreach mengatakan bahwa keterampilan ini mencakup kemampuan siswa untuk mengenali emosi mereka dan percaya pada kemampuan mereka. Selain itu, mereka mengetahui kelemahan mereka, prasangka dan kekuatan dalam kesadaran diri. Hal ini juga memfasilitasi pertumbuhan pribadi.
Manajemen Diri:
CASEL mendefinisikan konsep ini sebagai kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku secara efektif dalam berbagai situasi. Keterampilan utama yang terkait dengannya adalah mengelola emosi, mempertahankan perhatian, menetapkan tujuan, memanfaatkan umpan balik, dan memiliki ketahanan. Hal ini juga mencakup kemampuan untuk membuat keputusan cerdas yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Kesadaran Sosial:
Keterampilan kesadaran sosial dapat dipahami dengan kutipan terkenal ini: “Perlakukan orang lain sebagaimana Anda ingin diperlakukan.” Hal ini termasuk menerima beragam pendapat dan orang-orang dari berbagai budaya dan latar belakang. Di dalam kelas, ada siswa dengan latar belakang, kepercayaan, dan budaya yang berbeda. Jadi, menerima mereka semua dan memiliki kesetaraan di dalam kelas adalah kesadaran sosial.
Keterampilan Hubungan:
Hal ini didefinisikan sebagai membangun hubungan yang positif dan kuat dengan orang-orang di sekitar kita. Hal ini memungkinkan siswa untuk menghindari tekanan dan pikiran negatif dari teman sebaya. Selain itu, ini membantu siswa berkolaborasi dan bekerja dalam kelompok dalam berbagai proyek. Ini juga membangun keterampilan kepemimpinan karena mengajarkan siswa bagaimana memimpin kelompok ke jalan yang benar dan bersedia melakukan keadilan sosial untuk mereka.
Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab:
Area terakhir adalah pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Hal ini mencakup pengambilan keputusan yang etis dan aman, serta memastikan bahwa keputusan tersebut berdampak positif bagi diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Hal ini memungkinkan siswa untuk mengevaluasi keputusan mereka untuk memastikan bahwa keputusan tersebut mengarah ke jalur yang positif.
Pentingnya Pembelajaran Sosial-Emosional dalam Lingkungan Pendidikan
CASEL melakukan dan mengumpulkan penelitian dari berbagai bidang dan menemukan berbagai dampak positif dari pembelajaran sosial-emosional di bidang pendidikan. Mereka menemukan bahwa pembelajaran ini meningkatkan kinerja akademik, mengurangi stres di kalangan siswa dan meningkatkan perilaku di kelas. Pembelajaran ini juga mengurangi kemiskinan, meningkatkan mobilitas sosial dan mengurangi kejahatan saat siswa beralih dari kehidupan akademis ke kehidupan profesional. Hal ini juga meningkatkan kinerja dalam matematika, keterampilan membaca dan menulis. Selain itu, sebuah laporan dari Kelompok Bank Dunia menunjukkan bahwa 79 persen karyawan percaya bahwa pembelajaran sosial-emosional sangat penting untuk kesuksesan karir.
Penelitian lain menemukan bahwa siswa yang berpartisipasi dalam program pembelajaran sosial-emosional (SEL) meningkatkan prestasi akademik dan kehadiran mereka sebesar 11 persen. Hal ini karena program ini mendorong banyak sikap positif dalam diri mereka seperti empati, mengelola stres, dan membangun hubungan positif dengan orang dewasa dan teman sebaya. Maggie Broderick yang merupakan profesor di Stanford College of Education menyatakan bahwa siswa mengingat dan terhubung dengan guru-guru yang stabil secara emosional dan sosial dan membantu anak-anak dalam belajar. Jadi, program SEL membangun hubungan yang positif dan kolaboratif antara siswa dan guru.
Mengintegrasikan Pembelajaran Sosial-Emosional (SEL) ke dalam Pendidikan
Keterampilan SEL tidak dapat diajarkan sebagai mata pelajaran yang terpisah, sehingga keterampilan ini dapat disisipkan ke dalam kelas dan kurikulum dengan berbagai cara. Sekolah dan guru harus membuat kurikulum yang unik yang menambahkan kegiatan SEL yang berbeda di dalam kelas dengan cara yang berbeda. Guru dapat mengajarkan keterampilan ini melalui instruksi dan panduan eksplisit di kelas. Setelah itu, mereka dapat memberikan kegiatan yang berbeda kepada siswa sehingga mereka dapat mempraktikkan keterampilan tersebut sepanjang hari. Durlak dan rekan-rekannya menyarankan empat elemen yang harus menjadi bagian dari program SEL di kelas dan sekolah. Elemen-elemen tersebut adalah:
Berurutan: Rangkaian kegiatan yang berbeda yang terhubung dan berfokus pada pengajaran keterampilan tertentu.
Aktif: Strategi pembelajaran aktif seperti proyek kelompok, pembelajaran berbasis permainan, dan diskusi terbuka untuk membantu siswa mempelajari keterampilan baru.
Fokus: Berfokus pada pengembangan keterampilan pribadi dan sosial.
Eksplisit: Guru harus menargetkan keterampilan sosial dan emosional yang spesifik di dalam kelas.
USAID mengatakan bahwa pembelajaran sosial dan emosional dapat dilakukan dalam program pendidikan formal maupun non-formal yang berfokus pada siswa untuk memonitor emosi mereka, menunjukkan empati, mencapai tujuan yang positif, dan membangun hubungan yang positif. Untuk itu, guru harus menanamkan berbagai kegiatan di dalam kurikulum dan ruang kelas.
Sebagai contoh, guru dapat memberikan kegiatan bermain peran kepada para siswa sehingga mereka dapat menganalisis masalah sosial apa pun dan menciptakan sebuah drama. Guru dapat memberikan proyek kelompok yang berbeda di mana para siswa berkolaborasi untuk mengembangkan kerja sama tim, empati, dan toleransi. Guru dapat memasukkan berbagai bahan bacaan yang berkaitan dengan keterampilan dan pengetahuan SEL di kelas. Bahan bacaan ini juga dapat meningkatkan kemampuan akademis mereka. Guru dapat memberikan proyek presentasi yang berkaitan dengan isu-isu sosial yang berbeda. Di dalamnya, siswa harus mengembangkan pendapat dan pemikiran mereka tentang berbagai masalah.
Selain itu, guru dapat menjadi panutan bagi para siswa di dalam kelas. Mereka harus memberikan instruksi yang berpusat pada siswa di dalam kelas yang mengembangkan hubungan mereka dengan siswa dan memungkinkan mereka untuk belajar berbagai keterampilan dari guru. Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi suara dan pendapat di kelas.
Mereka harus memastikan bahwa para siswa tetap memperhatikan selama perkuliahan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kedewasaan emosional dalam diri mereka. Untuk itu, mereka dapat memperoleh bantuan dari berbagai alat teknologi. Sebagai contoh, berbagai sensor tepi IoT yang berbeda dapat merasakan suasana hati siswa selama kuliah dan dapat memberikan umpan balik instan kepada guru. Salah satu contohnya adalah myViewBoard Sens. Selain itu, guru dapat menggunakan multimedia di dalam kelas untuk menunjukkan video dan podcast kepada siswa tentang SEL. Mereka dapat membuat presentasi yang memukau dengan alat bantu AI seperti Pitch untuk menarik perhatian siswa selama kuliah. Selain itu, ada berbagai alat manajemen kelas seperti To-teach yang dapat digunakan oleh para guru.
Studi Kasus dan Kisah Sukses
USAID menugaskan NORC di University of Chicago untuk melaksanakan program SEL yang berbeda di delapan negara yang belum berkembang seperti Pakistan, Filipina, Bangladesh, Uganda, dan lain-lain. Mereka melaksanakan program SEL yang berbeda di dalam kelas dan menambahkannya ke dalam kurikulum. Sebagai contoh, di Pakistan, mereka melakukan Proyek Membaca Pakistan (PRP) dari tahun 2013 hingga 2020 pada siswa kelas 1 dan 2. Materi bacaannya meningkatkan kemampuan membaca siswa, sementara materi dan diskusi yang berkaitan dengannya difokuskan pada komunitas, menghargai anak-anak penyandang disabilitas, kebahagiaan, kesedihan, menerima kegagalan, dan kesetaraan gender. Program ini merupakan bagian dari pendidikan formal.
Namun, di Bangladesh, ini merupakan bagian dari pendidikan non-formal. Kegiatan Media Massa Pengembangan Anak Usia Dini mereka berfokus pada anak-anak berusia 3-8 tahun. Pada tahun 2017, lokakarya Sesame menggunakan seri berbasis permainan Sesame untuk mengajarkan keterampilan sosial yang berbeda kepada anak-anak di berbagai wilayah. Mereka memasukkan tema sosial yang berbeda di setiap episode dan mendorong sekolah-sekolah untuk menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis permainan untuk mengajarkan keterampilan SEL kepada anak-anak. Program-program ini terbukti baik untuk nilai akademis dan keterampilan sosial anak-anak di setiap usia dan tingkatan.
Kesimpulan
Singkatnya, SEL adalah keterampilan penting yang mempersiapkan siswa dan anak-anak untuk menghadapi tantangan abad ke-21. Jadi, setiap pemangku kepentingan pendidikan harus berperan dalam mempromosikan keterampilan ini di dalam kelas dan kehidupan anak-anak. Orang tua, LSM, dan komunitas dapat mempromosikan pendidikan SEL informal sementara sekolah, perpustakaan, dan guru dapat mempromosikan pendidikan formal dalam kehidupan anak-anak. Jadi, setiap pemangku kepentingan pendidikan harus mengambil bagian dalam mempromosikan keterampilan SEL di masyarakat.
Comments are closed.